BNN dan Brimob Dihadang Kartel Narkoba Bersenjata Samurai di Kampung Bahari
medianews.web.id Ketegangan melanda kawasan Kampung Bahari, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, ketika Badan Narkotika Nasional (BNN) RI bersama Brimob Polda Metro Jaya melakukan operasi penggerebekan terhadap jaringan kartel narkoba. Operasi ini merupakan bagian dari agenda besar pemberantasan narkotika yang telah lama menargetkan wilayah tersebut sebagai zona merah peredaran narkoba.
Wilayah Kampung Bahari sudah lama dikenal sebagai salah satu titik paling sulit dijangkau aparat. Struktur pemukimannya yang padat dan sempit menjadikan kawasan ini semacam “labirin urban” — kondisi yang sering dimanfaatkan jaringan pengedar untuk bersembunyi atau melarikan diri saat operasi berlangsung.
Namun kali ini, tim gabungan telah mempersiapkan strategi matang. Mereka datang dengan perlengkapan lengkap dan perhitungan risiko tinggi. Apa yang terjadi kemudian membuktikan bahwa kewaspadaan mereka tidak berlebihan.
Perlawanan Brutal Menggunakan Samurai
Menurut keterangan Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN RI, Brigjen Roy Hardi Siahaan, tim gabungan telah memperkirakan akan terjadi perlawanan dari para pelaku. Dugaan itu terbukti benar begitu pasukan memasuki area target.
“Begitu kami sampai di lokasi, benar saja, sejumlah orang langsung melakukan perlawanan. Mereka menyerang dengan senjata tajam, termasuk samurai,” ujar Brigjen Roy dalam keterangannya di Jakarta.
Kelompok yang melakukan perlawanan disebut bukan hanya individu pelaku, melainkan warga yang berada dalam satu “lingkaran sosial” atau circle komunitas di sekitar area penggerebekan. Mereka diduga memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan jaringan kartel narkoba yang menguasai wilayah itu.
Beberapa anggota Brimob sempat terlibat baku dorong dan bentrok jarak dekat untuk melumpuhkan para pelaku. Walau demikian, tidak ada korban jiwa dari pihak aparat. Upaya pengendalian situasi dilakukan dengan cepat dan terukur.
Struktur Kartel yang Terorganisir
BNN menjelaskan bahwa perlawanan tersebut menunjukkan betapa jaringan narkoba di Kampung Bahari sudah sangat terorganisir. Mereka memiliki sistem peringatan dini, pos pantau, dan bahkan anggota komunitas yang bertugas memantau gerak-gerik aparat.
Setiap kali ada operasi penegakan hukum, kabar bisa menyebar dalam hitungan menit. Hal itu membuat aparat kesulitan melakukan penyergapan secara mendadak. “Ini bukan sekadar jaringan pengedar biasa. Mereka memiliki struktur, koordinasi, dan loyalitas yang tinggi antaranggota,” kata Brigjen Roy.
Pihak BNN menduga ada keterlibatan pengendali besar yang bekerja di luar kawasan tersebut, memanfaatkan warga setempat sebagai “tameng sosial”. Para pelaku memanfaatkan solidaritas lingkungan sebagai bentuk perlindungan terhadap aktivitas ilegal mereka.
Situasi di Lapangan dan Reaksi Warga
Operasi penggerebekan berlangsung menegangkan. Saat aparat mendekati rumah-rumah target, beberapa warga yang diduga terlibat mulai meneriaki tim dari kejauhan. Teriakan itu menjadi sinyal bagi anggota lain untuk bersiap melawan. Dalam waktu singkat, suasana berubah kacau.
Petugas menggunakan tameng dan formasi bertahan untuk meredam perlawanan. Sementara sebagian pasukan lain fokus masuk ke titik-titik rumah yang dicurigai menyimpan barang bukti narkoba. Setelah situasi terkendali, sejumlah orang berhasil diamankan.
Di sisi lain, sebagian warga yang tidak terlibat justru membantu aparat. Mereka mengaku sudah lama resah karena wilayah tempat tinggalnya kerap dicap sebagai “sarang narkoba”. “Kami ingin kampung ini bersih. Sudah capek hidup di tengah ketakutan,” ujar seorang warga.
Barang Bukti dan Hasil Operasi
Dalam operasi tersebut, BNN dan Brimob berhasil mengamankan berbagai barang bukti penting. Di antaranya adalah sabu-sabu siap edar, timbangan digital, alat hisap, serta sejumlah senjata tajam termasuk beberapa bilah samurai yang digunakan untuk menyerang aparat.
Selain itu, ditemukan pula dokumen transaksi dan catatan distribusi yang diduga mencatat aliran uang dari penjualan narkoba. Beberapa nama dalam catatan itu kini sedang didalami untuk memastikan apakah mereka bagian dari jaringan yang lebih besar.
Aparat juga memeriksa beberapa orang yang tertangkap di lokasi untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan mereka. Pemeriksaan dilakukan secara intensif di markas BNN dengan pengamanan ketat.
Langkah Lanjutan BNN dan Brimob
Setelah operasi selesai, BNN menegaskan bahwa penindakan tidak akan berhenti di Kampung Bahari. Menurut Brigjen Roy, wilayah itu hanyalah salah satu simpul dari jaringan besar yang menyebar di berbagai kota di Indonesia.
“Kami tidak akan mundur. Kampung Bahari adalah pintu masuk untuk mengungkap jaringan yang lebih luas. Ini bukan soal satu operasi, tapi soal memutus rantai peredaran narkoba di Indonesia,” tegasnya.
Pihak kepolisian juga menambahkan bahwa pasukan Brimob akan tetap bersiaga di sekitar lokasi untuk memastikan tidak ada aksi balasan dari kelompok pelaku. Pemerintah daerah diminta ikut berperan dengan melakukan pendekatan sosial terhadap warga agar tidak mudah terprovokasi oleh sindikat narkoba.
Dampak Sosial dan Pesan Penegakan Hukum
Artikel ini menyoroti bagaimana kasus Kampung Bahari memperlihatkan realitas keras di balik bisnis narkoba. Bukan hanya soal transaksi ilegal, tapi juga bagaimana jaringan tersebut mengakar kuat di tengah masyarakat.
Operasi gabungan BNN dan Brimob menjadi bukti bahwa negara hadir untuk menegakkan hukum, meski harus berhadapan dengan risiko besar. Ke depan, BNN berharap masyarakat bisa ikut membantu dengan memberikan informasi dan tidak melindungi para pelaku.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa perang melawan narkoba tidak hanya berlangsung di level hukum, tetapi juga pada level moral dan sosial. Tanpa dukungan masyarakat, aparat hanya akan berjuang sendiri di tengah labirin kejahatan yang terorganisir.

Cek Juga Artikel Dari Platform cctvjalanan.web.id
