Tragedi Berebut Beras Bantuan di Tapanuli Tengah: Satu Warga Tewas, Pemerintah Soroti Pentingnya Cadangan Pangan
medianews.web.id Situasi darurat pascabencana di Tapanuli Tengah berubah menjadi duka mendalam setelah seorang warga perempuan meninggal dunia dalam insiden kericuhan saat perebutan beras di gudang Bulog setempat. Insiden itu terjadi ketika masyarakat yang sudah berhari-hari terisolasi akibat banjir dan longsor memadati lokasi pembagian beras murah.
Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, mengonfirmasi kabar tewasnya satu orang warga. Ia menyampaikan bahwa korban adalah seorang ibu yang datang bersama anaknya. Sang anak mengalami luka dan kini sedang menjalani perawatan medis. Meski demikian, pemerintah belum merinci identitas korban demi menjaga privasi keluarga yang sedang berduka.
Menurut Masinton, peristiwa ini menjadi pengingat betapa pentingnya ketersediaan cadangan pangan yang memadai di daerah rawan bencana. Ketika akses jalan terputus dan logistik terhambat, masyarakat menjadi rentan dan potensi kericuhan meningkat.
Antrean Padat yang Berubah Menjadi Kepanikan
Dari keterangan saksi mata, suasana di gudang Bulog awalnya terkendali. Warga mengantre untuk mengikuti program “tebus beras murah”, sebuah mekanisme pembelian beras dengan harga terjangkau untuk meringankan kebutuhan rumah tangga.
Namun, antrean yang semakin memadat membuat situasi cepat memburuk. Warga yang sudah menunggu sejak pagi merasa khawatir tidak kebagian beras. Tekanan semakin besar, dorong-mendorong tak terhindarkan, hingga akhirnya kericuhan pecah.
“Karena sudah terlalu padat antrean di situ, jadi rusuh orang,” ujar seorang warga yang menyaksikan langsung kejadian tersebut. Ia mengaku tidak menyangka antrean akan berubah menjadi insiden mematikan.
Kekacauan membuat banyak warga terpeleset, terinjak, dan terjepit. Di tengah kepanikan, perempuan yang menjadi korban jatuh dan tidak dapat segera diselamatkan. Tenaga medis yang tiba kemudian menyatakan bahwa korban tidak dapat bertahan.
Dampak Terisolirnya Tapanuli Tengah dan Sibolga
Insiden ini tidak bisa dipisahkan dari kondisi darurat yang melanda wilayah tersebut. Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga sempat terisolasi selama beberapa hari akibat banjir serta longsor besar yang menutup akses jalan utama.
Kondisi ini membuat distribusi logistik terhambat. Warga kesulitan mendapatkan bahan makanan pokok. Beras menjadi komoditas yang sangat dicari, karena banyak rumah tangga kehabisan persediaan akibat bencana yang berlangsung berhari-hari.
Ketika akses menuju gudang Bulog akhirnya terbuka, masyarakat langsung berbondong-bondong untuk mendapatkan beras murah. Volume massa yang besar dan emosi yang menegang menjadi kombinasi berbahaya, terutama di tengah ketersediaan logistik yang terbatas.
Kerusuhan Meluas hingga Supermarket
Selain insiden di gudang Bulog, laporan lain menyebutkan bahwa sebagian warga yang terdampak bencana sempat mengambil paksa barang-barang dari sebuah supermarket di wilayah tersebut. Tindakan itu didorong oleh keadaan darurat yang membuat warga panik dan berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara apa pun.
Aparat kepolisian bergerak cepat untuk mengamankan situasi. Sebanyak 16 orang ditangkap karena diduga terlibat dalam aksi pengambilan paksa barang. Namun, polisi menegaskan bahwa pendekatan hukum akan mengutamakan metode restorative justice, terutama karena banyak warga bertindak dalam kondisi darurat dan keterbatasan.
Restorative justice menjadi opsi agar warga tidak semakin tertekan secara mental maupun ekonomi. Pendekatan ini mempertimbangkan kondisi bencana dan kesulitan masyarakat yang saat itu kehilangan akses bahan makanan.
Pentingnya Cadangan Pangan dan Manajemen Krisis
Bupati Masinton menegaskan bahwa kejadian ini harus menjadi pembelajaran bersama, baik bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Cadangan pangan yang kuat di kawasan rawan bencana sangat penting agar tidak terjadi kepanikan atau tindakan anarkis saat distribusi logistik terhambat.
Ia menekankan perlunya sistem distribusi yang lebih cepat dan terencana agar masyarakat tidak harus berdesakan hanya untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Pemerintah juga sedang mengkaji pembentukan pos-pos logistik di desa-desa terpencil yang mudah diakses saat kondisi darurat.
Sementara itu, beberapa lembaga kemanusiaan mulai mengirimkan bantuan setelah akses darat perlahan bisa dilalui. Bantuan berupa beras, mie instan, air mineral, dan makanan siap saji mulai didistribusikan ke titik pengungsian dan desa yang terdampak berat.
Dinamika Sosial yang Perlu Diperhatikan
Insiden berebut beras ini menunjukkan bahwa bencana tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengguncang stabilitas sosial. Ketika kebutuhan dasar sulit terpenuhi, rasa takut dan panik mudah muncul, sehingga memicu tindakan yang sebenarnya tidak diinginkan.
Dalam kondisi bencana, komunikasi publik yang jelas, edukasi mengenai distribusi bantuan, serta keterlibatan tokoh masyarakat sangat diperlukan. Warga akan lebih tenang ketika informasi disampaikan dengan terbuka — termasuk stok bantuan, jadwal pembagian, dan mekanisme distribusi yang adil.
Penutup
Tragedi perebutan beras di gudang Bulog Tapanuli Tengah menjadi gambaran nyata betapa pentingnya kesiapsiagaan pangan di daerah rawan bencana. Satu nyawa melayang dan beberapa warga terluka akibat situasi yang seharusnya dapat dicegah dengan manajemen logistik yang lebih baik.
Pemerintah kini dihadapkan pada pekerjaan besar: memastikan akses pangan kembali stabil, memulihkan kondisi psikologis warga, serta memperbaiki sistem distribusi agar kejadian serupa tidak terulang. Warga pun berharap, setelah ini, penanganan bencana dapat berjalan lebih cepat dan humanis, sehingga tidak ada lagi korban hanya karena ingin membawa pulang sebungkus beras untuk keluarganya.

Cek Juga Artikel Dari Platform cctvjalanan.web.id
