RUU Penyesuaian Pidana Segera Dibahas DPR Usai RKUHAP Disahkan, Ini Penjelasan Lengkapnya
medianews.web.id Setelah RKUHAP resmi disahkan, perhatian DPR langsung mengarah pada RUU Penyesuaian Pidana. Regulasi ini dianggap sebagai tahapan lanjutan yang tidak bisa ditunda. Bagi Komisi III DPR, pembahasan penyesuaian pidana menjadi kunci agar seluruh aturan hukum pidana di Indonesia berjalan selaras.
Banyak anggota dewan menilai bahwa sistem hukum pidana baru tidak akan berfungsi optimal jika payung hukum pendukungnya belum diperbarui. Karena itulah, langkah cepat diperlukan untuk menutup celah regulasi. DPR ingin memastikan tidak ada kekosongan hukum pada saat KUHP baru mulai berlaku.
Mengapa RUU Penyesuaian Pidana Sangat Mendesak?
Urgensi pembahasan RUU ini datang dari kebutuhan harmonisasi antara KUHP baru dan ratusan undang-undang sektoral yang memuat pasal-pasal pidana. Ketentuan pidana dalam aturan lama bisa saja tumpang tindih jika tidak disesuaikan. Tanpa harmonisasi, penerapan hukum berpotensi menimbulkan kebingungan, baik bagi aparat penegak hukum maupun masyarakat umum.
Selain itu, banyak pasal dalam undang-undang sektoral memiliki besaran pidana yang tidak lagi relevan dengan standar modern dalam KUHP baru. Ketidaksinkronan ini bisa menciptakan ketidakadilan. Oleh karena itu, proses penyesuaian dianggap sebagai fondasi penting agar sistem hukum bekerja secara utuh.
Target DPR: Pembahasan Dipercepat
Komisi III telah menetapkan target penyelesaian pembahasan RUU Penyesuaian Pidana dalam masa sidang yang sama. Mereka tidak ingin proses ini molor hingga reses. Jika penundaan terjadi, waktu persiapan untuk implementasi KUHP baru akan semakin sempit.
Soedeson Tandra, salah satu anggota Komisi III, menyampaikan bahwa kesiapan pemerintah juga menjadi faktor pendukung percepatan. Daftar inventaris masalah dari Kemenkumham disebut sudah hampir selesai. Dengan begitu, pembahasan bersama pemerintah dapat dimulai kapan saja tanpa hambatan teknis.
Isi dan Tujuan Utama RUU Penyesuaian Pidana
RUU ini berfokus pada penyeragaman sanksi pidana dalam berbagai undang-undang. Selama ini, banyak regulasi yang memiliki struktur ancaman pidana sendiri, yang tidak semuanya sesuai dengan kerangka baru dalam KUHP. Melalui penyesuaian ini, seluruh ketentuan akan diperbaharui agar memiliki kesesuaian.
Penyesuaian bukan sekadar mengganti angka hukuman. Pemerintah dan DPR ingin memastikan bahwa konsep pidana, jenis sanksi, dan pertanggungjawaban hukum juga selaras dengan prinsip-prinsip hukum baru. Konsistensi ini penting untuk menciptakan keadilan yang lebih merata.
Bidang-Bidang yang Berpotensi Terkena Dampak Penyesuaian
Berbagai sektor hukum akan mengalami perubahan, terutama undang-undang yang memuat pasal pidana. Mulai dari perbankan, perlindungan konsumen, lingkungan hidup, hingga teknologi informasi. Setiap bidang memiliki karakteristik berbeda, sehingga tim penyusun harus melakukan kajian mendalam sebelum menetapkan besaran sanksinya.
Sektor digital, misalnya, memiliki dinamika yang cepat. Sanksi pidana yang sebelumnya relevan bisa menjadi usang jika tidak diperbarui. Hal yang sama berlaku untuk sektor ekonomi, yang memerlukan kepastian hukum agar masyarakat dan pelaku usaha memahami batasan hukum secara jelas.
Tantangan dalam Penyelarasan Aturan
Proses harmonisasi tidak mudah. Banyak undang-undang harus dibaca ulang, dianalisis, lalu disesuaikan. Tantangan pertama adalah konsistensi. DPR harus memastikan tidak ada konflik hukum antara KUHP baru dan aturan sektoral.
Tantangan berikutnya adalah waktu. Pembahasan yang terlalu cepat berisiko menghasilkan aturan yang kurang matang. Namun jika prosesnya terlalu lama, implementasi KUHP baru akan terganggu. Karena itu, keseimbangan antara kecepatan dan ketelitian menjadi faktor penentu kualitas akhir RUU ini.
Dukungan dari pakar hukum sangat dibutuhkan untuk menghindari kekeliruan teknis dan konseptual. Banyak akademisi telah diminta memberikan masukan agar pembaruan hukum tidak menimbulkan persoalan baru di kemudian hari.
Dampak Positif Jika RUU Segera Diselesaikan
Jika RUU Penyesuaian Pidana berhasil disahkan, dampak positifnya akan dirasakan langsung oleh penegak hukum dan masyarakat. Aparat kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan akan memiliki pedoman yang lebih konsisten. Tidak akan ada lagi perbedaan besaran pidana yang membingungkan.
Masyarakat pun akan merasakan manfaatnya. Kepastian hukum meningkat, potensi diskriminasi berkurang, dan penerapan sanksi menjadi lebih adil. Dengan struktur hukum pidana yang lebih rapi, akselerasi sistem peradilan dapat berjalan lebih lancar.
Reformasi Hukum sebagai Momentum Nasional
Pembahasan RUU Penyesuaian Pidana juga mencerminkan komitmen negara dalam memperbarui sistem hukum nasional. Reformasi hukum tidak hanya berbicara tentang pergantian pasal, tetapi tentang modernisasi nilai keadilan.
KUHP baru menjadi tonggak besar dalam sejarah hukum Indonesia. Agar tonggak itu kokoh, aturan pendukungnya harus segera dirapikan. RUU ini menjadi salah satu elemen penting untuk memastikan sistem hukum bekerja tanpa celah.
Kesimpulan
DPR dan pemerintah kini berada pada fase penting dalam menyelesaikan harmonisasi hukum pidana. RUU Penyesuaian Pidana adalah jembatan antara aturan lama dan sistem hukum baru yang modern. Proses ini tidak mudah, namun diperlukan demi kelancaran implementasi KUHP yang telah diperbarui. Publik berharap pembahasan berlangsung cermat, transparan, dan tepat waktu.

Cek Juga Artikel Dari Platform bengkelpintar.org
